Halaman
39
Bab 4 Kesehatan
Aneka buah dan jus yang
menyehatkan.
Asap rokok sangat membahayakan
kesehatan bailta.
Kompas, 30 Okt 06
Tempo, 1 Okt 06
Dewasa ini menulis artikel di media cetak atau
elektronik sudah menjadi kegiatan yang terhormat
di kalangan intelektual. Identitas dan otoritas seorang
intelektual akan terangkat jika ia dikenal sebagai
penulis artikel. Dengan menulis artikel di media cetak
atau elektronik, seorang dikukuhkan sebagai warga
intelektual.
4.14.1
4.14.1
4.1
Menjelaskan Isi Artikel
Menjelaskan Isi Artikel
Menjelaskan Isi Artikel
Menjelaskan Isi Artikel
Menjelaskan Isi Artikel
Sebelum Anda masuk pada bagian menjelaskan
artikel, bacalah teks yang tersedia.
4.1.14.1.1
4.1.14.1.1
4.1.1
Membaca Artikel
Membaca Artikel
Membaca Artikel
Membaca Artikel
Membaca Artikel
Bacalah artikel berikut ini!
Sangat Berbahaya Merokok di
Sangat Berbahaya Merokok di
Sangat Berbahaya Merokok di
Sangat Berbahaya Merokok di
Sangat Berbahaya Merokok di
MobilMobil
MobilMobil
Mobil
Wellington, Minggu - Para ilmuwan peneliti
Selandia Baru mengimbau agar pemerintah mau
mengeluarkan peraturan melarang merokok di
dalam mobil, karena mengancam kesehatan
Pada bab empat, melalui topik “Kesehatan” kalian
akan diajak untuk dapat menulis artikel di media cetak
ataupun elektronik.
Pertama,
kalian diajak untuk dapat menjelaskan
secara lisan topik tertentu dari hasil kalian membaca
artikel ataupun buku. Itu berarti kalian harus dapat
mendata pokok-pokok yang diperoleh dari hasil
membaca. Kalian juga harus dapat menyampaikan
secara lisan isi bacaan, ditambah dengan pendapat
sendiri; mengemukakan alasan mengapa artikel atau
buku tersebut kalian pilih untuk dibacakan. Lalu, kalian
harus dapat membuat artikel sederhana dan mem-
buat majalah dinding.
Kedua
, kalian diajak untuk dapat menganalisis
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia
terjemahan. Itu berarti kalian harus dapat mencerite-
rakan isi novel terjemahan dan novel Indonesia. Kalian
juga harus dapat mendiskusikan nilai-nilai yang ada
dalam novel terjemahan, membandingkan nilai-nilai
budaya, moral, agama, dan lain-lain dalam novel ter-
jemahan, serta mengaitkan nilai-nilai tersebut dengan
kehidupan sehari-hari.
40
Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA
penumpang lainnya yang tidak merokok, khususnya kanak-
kanak, demikian dilaporkan oleh media massa setempat.
Pada saat seseorang merokok di dalam mobil dengan jendela
terbuka maka udara yang masuk dan berada di dalam mobil ter-
sebut dua kali lipat kadar polutannya. Akibatnya tingkat pencemaran
dapat disamakan dengan sebuah kedai minum yang ramai pengun-
jung yang semuanya merokok. Demikian dikatakan oleh seorang
ilmuwan dalam hasil penelitiannya yang dimuat di majalah ke-
dokteran Selandia Baru.
Ilmuwan peneliti dari Universitas Otago mengatakan merokok
di dalam mobil sangat berbahaya bagi anak-anak yang organ paru-
parunya masih tumbuh berkembang. Laporan hasil penelitian
mengatakan sejumlah negera bagian Amerika Serikat telah me-
miliki undang-undang setempat yang melarang merokok di dalam
kendaraan. Undang-undang itu sedang digodok dan dipersiapkan
untuk segera berlaku di New South Wales, Australia dan Ontario,
Kanada.
Peneliti Richard Edward mengatakan dari hasil pemantauannya
bersama sejumlah koleganya menunjukkan bahwa tingkat pen-
cemaran udara di dalam mobil sangat tinggi, manakala menghisap
rokok duduk di bagian depan. Sebatang rokok akan mengakibatkan
semua penumpang menanggung risiko.
“Hasil penelitian tersebut menunjukkan dan menyarankan
bahwa para perokok tidak dapat merokok di dalam mobil. Hal ini
dilakukan demi kesehatan dan keselamatan penumpang lainnya
yang bukan perokok, terutama anak-anak yang masih rentan,” kata
Richards Edwards menekankan. (ANTARA)
Sumber:
Kompas
, 30 Oktober 2006
4.1.2 Memahami Artikel
4.1.2 Memahami Artikel
4.1.2 Memahami Artikel
4.1.2 Memahami Artikel
4.1.2 Memahami Artikel
Artikel dapat didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi
analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud menjelaskan
siapa, apa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa fenomena itu
terjadi. Artikel dapat menawarkan wawasan baru, baik berupa teori
maupun keterampilan atau alternatif pemecahan masalah.
Artikel-artikel dalam berbagai majalah dan surat kabar pada
umumnya dapat digolongkan sebagai karangan eksposisi. Karangan
yang berbentuk eksposisi biasanya berisi penjelasan-penjelasan yang
bersifat informatif atau instruktif tentang berbagai aspek kehidupan,
seperti pendidikan, agama, keuangan, kesehatan, keluarga, olahraga,
ilmu dan teknologi, kesusastraan, hukum, dan lain-lain.
Artikel juga dapat digolongkan sebagai karangan argumentasi.
Karangan yang berbentuk argumentasi pada umumnya bertujuan
untuk meyakinkan pembaca akan pendapat atau sikap pengarang
tentang suatu hal. Untuk tujuan itu, pengarang biasanya menge-
mukakan fakta-fakta, analisis fakta-fakta itu, dan kesimpulan berda-
sarkan analisis tersebut. Semua ini merupakan argumentasi yang
digunakan oleh pengarang untuk meyakinkan pembaca.
Struktur Artikel
Judul
°
Pendahuluan
°
Batang Tubuh
°
Penutup
G b r. 4 . 1
Merokok dalam mobil
membahayakan.
1. Datalah pokok-pokok pikiran
yang Anda dapatkan setelah
membaca artikel
Sangat Berba-
haya Merokok di Mobil
!
2. Tambahkan pendapat Anda
dalam data-data tersebut, ke-
mudian sampaikan secara lisan!
Kompas, 30 okt 06
41
Bab 4 Kesehatan
Keseluruhan artikel dapat dipahami, jika pokok pikiran dan jalinan
hubungan antara semua pokok-pokok pikiran itu telah dipahami. Oleh
karena itu, bacalah artikel untuk mendapatkan pikiran-pikiran pokok
tiap paragraf.
4.1.34.1.3
4.1.34.1.3
4.1.3
Membuat Majalah Dinding
Membuat Majalah Dinding
Membuat Majalah Dinding
Membuat Majalah Dinding
Membuat Majalah Dinding
Sebagai pelajar, Anda tentu menjadi bagian dari kalangan
intelektual. Kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah
kegiatan penulisan artikel yang dipublikasikan melalui majalah dinding
atau mading. Latihan ini akan sangat berguna untuk mengasah ke-
mampuan Anda dalam mempersiapkan diri masuk kalangan inte-
lektual.
Mengingat pentingnya latihan menulis artikel ini, maka perlu
adanya rencana untuk membuat majalah dinding. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan majalah dinding adalah sebagai
berikut.
1 . Pilihlah satu artikel berisi opini dan
satu artikel berisi fakta!
2. Mengapa Anda memilih dua
artikel tersebut?
3. Datalah pokok-pokok pikiran
yang Anda dapatkan setelah
membaca artikel tersebut!
4. Tulislah pendapat Anda sehu-
bungan dengan artikel terse-
but, kemudian sampaikan secara
lisan di depan kelas!
No
Dasar
Penjelasan
1.
Jarak pandang
Majalah dinding harus dapat dibaca
jelas pada jarak
+ 2 m.
Tata Letak untuk majalah dinding
jangan hanya memperhitungkan
segi seni/keindahan, tetapi
utamakan kenyamanan dan
kejelasan membaca.
Majalah dinding
+ berukuran 60 x
80 cm, atau disesuaikan tempat.
Artikel harus bersifat netral atau
tidak ada tujuan memihak
siapapun.
Setiap majalah dinding yang dibuat
harus fokus pada satu tema,
misalnya lingkungan, sosial, seni,
musik, dan lain-lain.
Isi artikel dalam majalah dinding
harus disesuaikan dengan calon
pembaca.
Agar terbiasa dengan bahasa baku,
usahakan setiap tulisan
menggunakan bahasa baku yang
tetap menarik.
Opini, fakta, problematika masalah
pelajar dan penyelesaiannya, TTS,
pengetahuan baru secara teori atau
keterampilan, karikatur, sastra,
pojok (berisi humor, pesan, tulisan
singkat), dan lain-lain.
2.
Layout (tata letak)
3.
Ukuran
4.
Isi artikel
5.
Te m a
6.
Pembaca
7.
Bahasa
8.
Isi mading
1. Bentuklah kelompok kerja
Mading yang beranggotakan 4
sampai 5 siswa!
2. Tentukan tema Mading berda-
sarkan kesepakatan kelompok!
Usahakan tema kelompok Anda
berbeda dengan kelompok lain.
3. Setiap Anggota kelompok ditu-
gaskan membuat artikel dengan
tema yang telah disepakati!
4. Susunlah artikel-artikel itu dalam
Mading dengan rapi, indah, dan
menarik!
5. Tambahkan jenis tulisan lain se-
bagai pelengkap tampilan
Mading!
6. Tempelkan Mading di tempat
strategis agar mudah menarik
perhatian pembaca Mading!
7. Mintalah komentar kepada pem-
baca Mading!
42
Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA
Judul asli
: One Child
Judul terjemahan
: Sheila: Luka Hati
Seorang Gadis
Kecil
Penulis
: Torey Hayden
Penerjemah
: Rahamani
Astuti
Editor
: Rika Iffati
Farihah
Cetakan/tahun
: VI, Feb 2004
Penerbit
: Qanita
Tebal
: 475 halaman
4.24.2
4.24.2
4.2
Membaca dan Menganalisis
Membaca dan Menganalisis
Membaca dan Menganalisis
Membaca dan Menganalisis
Membaca dan Menganalisis
Kutipan Novel
Kutipan Novel
Kutipan Novel
Kutipan Novel
Kutipan Novel
Di toko-toko buku, tentu Anda banyak menjumpai buku-buku
terjemahan, salah satunya jenis novel. Anda sudah pernah membaca
novel terjemahan? Berikut ini kutipan salah satu novel terjemahan,
baca dan analisislah!
4.2.14.2.1
4.2.14.2.1
4.2.1
Kutipan Novel
Kutipan Novel
Kutipan Novel
Kutipan Novel
Kutipan Novel
Bacalah kutipan novel terjemahan yang berjudul
Sheila: Luka
Hati Seorang Gadis Kecil
karangan Torey Hayden berikut ini!
Dia Datang!
Dia Datang!
Dia Datang!
Dia Datang!
Dia Datang!
Dia tiba pada tanggal delapan Januari. Antara waktu saya
setuju untuk menerimanya dan pagi hari kedatangannya, saya
tidak mendengar apa pun, tidak menerima satu berkas pun, dan
tidak mengetahui latar belakangnya sedikit pun. Yang saya tahu
hanyalah yang telah saya baca dalam artikel dua paragraf di bawah
cerita komik halaman enam satu setengah bulan yang lalu. Namun,
saya kira itu tidak jadi soal. Tidak ada yang dapat mempersiapkan
saya untuk menerimanya.
Ed Somers membawa gadis kecil itu, memegang erat-erat
pergelangan tangannya dan menyeretnya. Tuan Collins juga datang
ke paviliun bersama Ed. “Dia akan menjadi gurumu yang baru,”
jelas Ed. “Dan ini akan menjadi kelasmu yang baru.”
“Hai, namaku Torey,” saya berkata dengan suara seorang guru
yang paling ramah sambil meraih tangannya. Namun, dia tidak
menanggapi. Akhirnya saya mengambil alih pergelangan tangan
mungil itu dari Ed. “Ini Sarah. Dia yang bertugas menyambut. Dia
akan menunjukkan seluruh tempat ini padamu.”
Sarah mengulurkan tangan, tetapi Sheila tetap matanya
bergerak cepat dari satu wajah ke wajah lainnya. “Ayo, Nak.” Sa-
rah menangkap tangannya.
“Namanya Sheila,” kata saya. Namun, Sheila meradang atas
sikap bersahabat ini dan menyentakkan tangannya hingga lepas,
lalu menarik tubuhnya ke belakang. Dia berbalik untuk lari, tapi
untungnya Tuan Collins berdiri di pintu dan Sheila berlari ke
arahnya. Saya menangkap sebelah lengannya dan menyeretnya
kembali ke dalam kelas.
“Kami pergi dulu,” kata Ed dengan tatapan penuh permintaan
maaf. “Kutinggalkan map kumulatifnya untukmu di kantor.”
Kami selalu memulai setiap pagi dengan “diskusi”. Sekolah
kami mengharuskan murid-murid mengucapkan sumpah di ha-
dapan bendera dan menyanyikan lagu-lagu kepahlawanan sebelum
memulai pelajaran. Saya rasa patriotisme bukanlah topik yang
tepat bagi anak-anak yang bahkan tidak mampu mengkomun-
ikasikan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka; tetapi dewan sekolah
menentang siapa pun yang tidak bersedia menunjukkan nasio-
nalisme ini. Ada banyak masalah lain yang harus saya hadapi,
43
Bab 4 Kesehatan
yang menurut saya lebih penting daripada sumpah kesetiaan ini.
Maka saya pun berkompromi dan menyelenggarakan diskusi. Anak-
anak itu semuanya berasal dari keluarga yang begitu kacau dan
terganggu sehingga kami membutuhkan sesuatu yang dapat
menyatukan kami setiap pagi setelah berpisah. Dan saya meng-
inginkan sesuatu yang dapat mendorong terjadinya komunikasi
dan mengembangkan pemahaman verbal. Yang pertama-tama
kami lakukan adalah upacara sumpah itu dan saya memanfaat-
kannya dengan menyuruh salah seorang anak memimpin, yang
berarti bahwa dia harus mempelajarinya. Bahkan proses ini sangat
berguna karena kami harus mengucapkan kata-kata yang tersusun
dengan baik dan mengandung makna. Sesudahnya, kami memulai
diskusi dengan sebuah “topik”. Biasanya topik menggali perasaan,
misalnya berbicara tentang hal-hal yang membuat orang bahagia;
atau topik yang mendorong kami memecahkan masalah, misalnya
apa yang akan kami lakukan jika kami melihat seseorang menyakiti
dirinya sendiri. Pada awalnya, sayalah yang mengusulkan topik,
tetapi setelah bulan pertama atau kedua anak-anak punya usulan
sendiri dan saya tinggal memulainya.
Setelah topik, saya memberikan waktu kepada setiap anak
untuk menceritakan apa yang terjadi padanya sejak pulang sekolah
sehari sebelumnya atau pada hari Jumat. Kedua aspek diskusi
pagi ini telah berkembang semakin seru, dan bahkan Susannah
ikut serta dengan penuh kesadaran sesekali. Anak-anak semuanya
senang bercerita dan saya kesulitan untuk menghentikan aktivitas
tersebut. Sesudah itu, saya menjelaskan jadwal hari itu dan kami
menutupnya dengan bernyanyi. Saya punya kumpulan lagu-lagu
yang bisa kami nyanyikan sambil memperagakannya dengan ge-
rakan, dan saya meminta salah satu anak melakukannya.
3
333
Jadi, pagi ini saya mengumpulkan anak-anak di sekeliling saya.
“Anak-anak, ini Sheila, dan dia akan bergabung dengan kelas kita.”
“Kok bisa?” Peter bertanya dengan curiga.
“Kamu tidak pernah memberi tahu kalau kita akan kedatangan
anak baru.”
“Ya, aku sudah memberi tahu, Peter. Ingat bagaimana kita
latihan hari Jumat kemarin untuk menunjukkan kepada Sheila
bahwa kita gembira dia bergabung dengan kita? Ingat apa yang
kita lakukan?”
“Yah, aku enggak suka dia bersama kita,” sahutnya. “Aku lebih
suka kita seperti dulu.” Dia meletakkan kedua tangan di atas
telinganya untuk mengusir saya dari dunianya dan mulai bergoyang-
goyang.
“Memang perlu waktu untuk membiasakan diri, kukira. Tapi
kita bisa kok.” Saya menepuk bahu Sheila dan dia menjauhkan
tubuhnya. “Kini, siapa yang punya topik?”
Setiap anak duduk di sekeliling saya di atas lantai. Tidak ada
yang berbicara.
“Tidak ada yang punya topik? Nah, kalau begitu, aku yang
Novel Indonesia
adalah novel yang
ditulis oleh orang Indonesia dengan
latar belakang budaya Indonesia.
Novel Indonesia menceritakan ten-
tang kehidupan masyarakat Indone-
sia, baik masa kini maupun masa
lampau.
Cari dan bacalah sebuah novel
Indonesia, kemudian ikuti lang-
kah-langkah berikut!
a. Buatlah sinopsis atau ringkasan
ceritanya!
b. Kutiplah satu bab dari novel
tersebut!
c. Sebutkan watak dan karakter
pelaku-pelakunya!
d. Tentukan di mana peristiwa
dalam novel itu terjadi!
e. Tuliskan amanat yang dapat
Anda petik dari novel tersebut!
f.
Carilah hubungan antara amanat
dalam novel dan masalah sosial
budaya baik di tempat yang
dipakai sebagai latar novel
maupun masalah sosial budaya
di lingkungan kita!
44
Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA
usul. Menurut kalian bagaimana rasanya kalau kamu jadi anak
baru dan tidak kenal siapa-siapa, atau mungkin kalian ingin masuk
ke sebuah kelompok dan tak seorang pun menginginkan kalian?
Bagaimana rasanya di dalam hati?”
“Tidak enak,” kata Guillermo. “Itu pernah terjadi padaku sekali
dan aku merasa tidak enak.”
“Bisa kamu ceritakan pada kami soal itu?” tanya saya.
Tiba-tiba Peter meloncat berdiri. “Dia bau, Bu Guru.” Dia
membelakangi Sheila. “Dia bau sekali dan aku tidak ingin dia duduk
bersama kita. Dia akan membuatku pusing.”
Sheila memandangnya dengan murka, tetapi tidak berbicara
atau bergerak. Dia menekuk tubuhnya sehingga tampak seperti
buntalan kecil, kedua lengannya memeluk lutut erat-erat.
Sarah berdiri dan bergerak mendekati tempat Peter duduk
kembali. “Dia benar-benar bau, Torey. Dia bau seperti pipis.”
Sopan-santun jelas bukan keahlian kami. Saya tidak terkejut
melihat mereka tidak menutup-nutupi perasaan, tetapi seperti
biasa saya merasa khawatir. Mengaburkan persepsi mereka yang
begitu jernih tentang dunia ini merupakan sesuatu yang mustahil.
Untuk setiap langkah maju yang saya ambil untuk mengajarkan
sopan-santun, saya harus mengambil dua langkah ke belakang
dan enam langkah ke samping. “Menurutmu bagaimana rasanya
itu, Peter, jika ada orang mengatakan bahwa kamu bau?”
“Habis, dia bau sekali, sungguh,” Peter menjawab dengan
pedas.
“Bukan itu yang kutanyakan. Aku tanya bagaimana perasa-
anmu jika ada orang mengatakan itu padamu? “
“Aku tidak ingin membuat orang sekelas terganggu bauku, itu
jelas.”
“Bukan itu yang kutanyakan.”
“Aku akan merasa sedih,” Tyler menjawab dengan sukarela,
sambil berdiri di atas lututnya. Setiap tanda kemarahan atau
ketidaksetujuan membuat Tyler sangat ketakutan dan mendo-
rongnya bertindak terlalu dewasa untuk usianya yang baru delapan
tahun, dan bersikap keibuan terhadap orang yang tidak setuju
dengannya.
“Bagaimana dengan kamu, Sarah?” tanya saya, bagaimana
perasaanmu?“
Sarah menatap jari-jarinya, segan memandang saya. “Aku
tidak terlalu suka.”
“Tidak, kukira tidak ada di antara kita yang suka. Bagaimana
cara yang lebih baik untuk mengatasi masalah ini?”
“Kamu bisa memberitahunya diam-diam bahwa dia bau,” Wil-
liam menawarkan solusi. “Jadi dia tidak malu.”
“Kamu juga bisa mengajarinya supaya tidak bau,” tambah
Guillermo.
“Kita semua bisa menutup hidung,” kata Peter. Dia belum begitu
rela mengakui bahwa perkataannya tidak pantas tadi.
“Itu tidak akan membantu, Peter,” kata William. “Kamu jadi
tidak bisa bernapas.”
“Bisa saja. Kamu bisa bernapas lewat mulut.”
Tokoh
adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau ber-
kelakuan di dalam berbagai
peristiwa dalam cerita (Sudjiman,
1990:79).
Perwatakan
adalah penyajian
watak tokoh dan penciptaan
citra tokoh (Sudjiman, 1990:79).
Alur/plot
adalah jalinan peristiwa
dalam karya sastra untuk men-
capai efek tertentu.
45
Bab 4 Kesehatan
Saya tertawa. “Semuanya, cobalah usulan Peter. Peter, kamu
juga.” Semua anak kecuali Sheila menutup hidung mereka dan
bernapas melalui mulut. Saya mendorongnya untuk mencoba juga,
tetapi dengan gigih dia menolak untuk membuka pelukan
tangannya. Dalam beberapa saat kami semua tertawa, bahkan
Freddie dan Max, melihat wajah lucu yang kami tampilkan. Kami
semua, kecuali Sheila. Saya mulai khawatir bahwa dia mengang-
gap ini sebagai lelucon untuk menertawakan dirinya dan saya
segera menjelaskan bahwa bukan begitu maksud kami. Dia
mengabaikan saya, bahkan tidak memandang saya. “Beginilah cara
kami memecahkan masalah,” kata saya kepadanya.
“Bagaimana perasaanmu melihat ini?” akhirnya saya bertanya.
Terjadi keheningan yang lama, sementara kami menunggu- nung-
gu. Anak-anak lain menjadi tidak sabar.
“Apa dia tidak bisa bicara?” tanya Guillermo.
“Aku dulu juga tidak mau bicara, ingat tidak?” kata Sarah.
“Dulu kalau aku marah, aku tidak mau bicara dengan siapa saja.”
Dia memandang ke arah Sheila. “Aku dulu juga tidak mau bicara,
Sheila. Jadi, aku tahu bagaimana rasanya.”
“Nah, kukira kita sudah cukup mengganggu Sheila. Sekarang,
kita beri saja dia waktu supaya terbiasa dengan kita, ya?”
Kami meneruskan acara diskusi pagi kami dan menyudahinya
dengan menyanyikan bersama sama “You Are My Sunshine”.
Freddie bertepuk tangan dengan riang; Guillermo mengarahkan
dengan tangannya; Peter menyanyi sekeras-kerasnya dan saya
menggerakkan Tyler untuk menari-nari seperti boneka. Namun,
Sheila hanya duduk, wajahnya muram, tubuhnya yang kecil
teronggok tak bergerak dilalui anak-anak lainnya yang menari.
Setelah diskusi kami berpencar untuk pelajaran matematika.
Anton mulai mengarahkan anak-anak lain sementara saya mengajak
Sheila berkeliling melihat-lihat ruangan. Sesungguhnya, yang saya
lakukan bukan mengajaknya, melainkan saya harus mengangkat
dan menggendongnya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain
sebab dia tidak mau bergerak. Saya bersyukur bahwa saya tidak
sedang mengajar remaja. Lalu setelah saya sampai ke tempat
yang saya inginkan untuk dilihatnya, dia tidak mau melihat, me-
nutupi wajah dengan kedua tangannya. Namun, saya tetap mem-
bawanya berkeliling karena saya telah bertekad untuk menja-
dikannya bagian dari kami. Saya menunjukkan tempatnya dan
cantelan mantelnya. Saya memperkenalkannya pada Charles, si
iguana; Benny si ular; dan Onions si kelinci yang suka menggigit
kalau kita keterlaluan mengganggunya. Saya menunjukkan
tumbuh-tumbuhan yang mulai kami tanam sebelum Natal dan yang
harus saya tengok semasa liburan untuk disirami, dan cerita-cerita
yang kami baca sebelum makan siang setiap hari; dan makanan
yang kami masak bersama setiap Rabu siang. Saya tunjukkan
kepadanya akuarium dan mainan-mainan kami. Saya mengangkat
tubuhnya agar bisa melihat pemandangan dari jendela kami yang
hanya satu. Semua ini saya lakukan dengan menyeretnya dari
satu tempat ke tempat lain sambil mengoceh seakan-akan dia
sangat tertarik dengan perkataan saya. Akan tetapi, kalaupun dia
tertarik, dia tidak menunjukkannya. Dia tetap seperti benda mati
yang membebani tangan saya, kaku dan tegang menempel di tubuh
Tema
adalah masalah yang menjiwai
seluruh karangan.
Sudut pandang
adalah posisi
pencerita dalam membawa ki-
sahan, boleh jadi ia tokoh dalam
ceritanya (pencerita akuan),
boleh jadi pula berada di luarnya
(pencerita diaan).
Amanat
adalah pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada
pembaca/penonton/pendengar.
Latar
adalah segala keterangan
mengenai waktu, ruang, dan
suasana terjadinya lakuan dalam
karya sastra.
Gaya bahasa
adalah cara penga-
rang mengungkapkan gagasan-
nya melalui bahasa yang diguna-
kannya.
Unsur ekstrinsik
. Nilai-nilai dalam
karya sastra dapat ditemukan
melalui unsur ekstrinsik ini.
Seringkali dari tema yang sama
didapat nilai yang berbeda,
tergantung pada unsur ekstrinsik
yang menonjol. Misalnya, dua
novel sama-sama bertemakan
cinta, namun kedua novel mena-
warkan nilai yang berbeda ka-
rena ditulis oleh dua pengarang
yang berbeda dalam meman-
dang dan menyingkap cinta, latar
belakang pengarang yang ber-
beda, situasi sosial yang berbeda,
dan sebagainya.
46
Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA
saya. Dan dia bau seperti kakus di luar rumah pada sore hari di
musim penghujan.
“Oke, sekarang kita belajar matematika,” saya berkata. “Soal
pertama, dua tambah satu.” Saya tunjukkan kepadanya dua balok
dan menambahkan balok ketiga. “Berapa itu? Mari kita hitung.”
Dia menggerakkan tangannya, meregangkan tubuhnya yang kaku
dalam pelukan saya. “Kamu bisa menghitung, Sheila?” Tidak ada
jawaban. “Ayolah, aku akan membantu. Satu, dua, tiga. Dua
tambah satu sama dengan tiga.” Saya mengambil pensil. “Di sini
ya, mari kita tulis.”
Rasanya seperti sedang bertarung. Saya harus berusaha
dengan susah payah menarik tangannya agar tidak terus menempel
ke badannya, kemudian melepaskan jari-jarinya yang mengepal,
lalu meletakkan pensil di situ. Tiba-tiba jari-jari yang mengepal
kencang itu kehilangan kekuatannya dan pensil tersebut meluncur
lepas dan jatuh ke lantai. Saat saya membungkuk untuk mengambil
pensil, dia telah merebut dua balok dengan tangannya yang bebas
dan melemparnya melintasi ruangan. Saya mencengkeram tangan
itu, memaksakan kembali pensil tersebut agar dipegangnya dan
berusaha memeganginya dengan tangan saya sebelum dia bisa
menjatuhkan pensil itu lagi. Namun, posisi saya tidak mengun-
tungkan; saya kidal dan terpaksa menggunakan tangan itu untuk
mempertahankan tubuhnya tetap di pangkuan saya. Karena harus
menggunakan tangan kanan untuk melakukan semua gerakan yang
sulit ini, saya tidak bisa bergerak cukup cepat. Mungkin saya juga
tidak bisa melakukannya sekalipun dengan tangan kiri. Dia benar-
benar terampil dalam perang gerilya semacam ini dan pensil itu
pun jatuh lagi. Setelah satu usaha lagi gagal, saya menyerah.
“Kamu ternyata belum ingin mengerjakan matematika. Oke,
kamu boleh duduk. Aku harus memberitahumu bahwa semua anak
di sini mengerjakan tugas mereka dan berusaha sebisanya. Tapi
kita tidak akan bertengkar soal itu. Kalau kamu ingin duduk, duduk
saja.” Saya mengangkatnya ke suatu sudut tempat saya me-
misahkan anak-anak kalau mereka menjadi terlalu bernafsu dan
perlu memulihkan kendali dirinya, atau kalau mereka bertindak
berlebihan, mencoba mencari perhatian. Saya menarik sebuah
kursi dan mendudukkan Sheila di situ. Lalu saya kembali pada
anak-anak lain.
Kegiatan rutin pagi kami berjalan seperti biasa. Sheila tidak
mau ikut apa-apa. Begitu duduk di kursi kayu kecil itu, dia tidak
mau bergerak, dan malah menarik diri dengan menekuk lututnya
di bawah dagu serta melingkarkan kedua lengan memeluknya.
Dia bangkit dari kursinya sekali untuk pergi ke kamar mandi, tetapi
kemudian kembali ke tempat duduknya dan kembali pada posisi
sebelumnya. Bahkan pada saat istirahat dia tetap duduk, hanya
kali ini di atas semen yang dingin. Saya belum pernah melihat
anak yang sanggup tidak bergerak begitu lama. Namun, matanya
terus mengikuti saya ke mana pun saya pergi. Pandangan
termangu, marah, dan sedih itu tidak pernah melepaskan wajah
saya.
Saat makan siang tiba, Anton membantu anak-anak bersiap
untuk pergi dari paviliun ke kafetaria. Sheila dimasukkan ke dalam
barisan itu, tetapi saya mendatangi dan mengambilnya, menarik
pergelangan tangannya yang kurus dan mengeluarkannya dari
Nilai-nilai yang terkandung
dalam novel
Nilai sosial
Nilai yang berkaitan dengan
masyarakat, sifat yang suka
memperhatikan kepentingan
umum (menolong,
menderma, dan lain-lain).
Nilai budaya
Nilai yang berkaitan dengan
pikiran, akal budi,
kepercayaan, kesenian, dan
adat istiadat suatu tempat
yang menjadi kebiasaan dan
sulit diubah.
Nilai ekonomi
Nilai yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan asas-asas
produksi, distribusi, pemakaian
barang, dan kekayaan
(keuangan, tenaga, waktu,
industri, dan perdagangan).
Nilai filsafat
Nilai yang berkaitan dengan
hakikat segala yang ada,
sebab, asal, dan hukumnya.
Nilai politik
Nilai yang berkaitan dengan
proses mental, baik normal
maupun abnormal dan
pengaruhnya pada perilaku.
47
Bab 4 Kesehatan
barisan. Kami menunggu sampai semua anak lain pergi. Saya
menunduk menatapnya dan dia mendongak menatap saya. Saya
merasa bahwa untuk sesaat saya melihat suatu emosi selain
kebencian memancar dari mata itu, sesuatu yang tidak menun-
jukkan kemarahan. Ketakutan?
“Ayo ke sini.” Saya menariknya ke bangku dan menyuruhnya
duduk di kursi seberang saya. “Ada yang perlu diluruskan di antara
kita.”
Dia menatap saya dengan marah, bahunya yang mungil
terangkat di balik bajunya yang sudah usang.
“Tidak banyak peraturan di ruangan ini. Sebenarnya hanya
ada dua, kecuali jika kita perlu membuat peraturan khusus untuk
waktu yang khusus pula. Tapi secara umum hanya ada dua. Satu,
kamu tidak boleh menyakiti siapa pun di sini. Tidak seorang pun.
Tidak juga dirimu sendiri. Dua, kamu harus berusaha sebisamu
untuk mengerjakan tugasmu. Itulah aturan yang kukira belum kamu
patuhi sekarang.”
Dia menunduk sedikit, tetapi matanya tetap menatap saya.
Kedua kakinya naik dan sekali lagi dia mulai memeluk lutut dan
menarik dirinya.
“Kamu tahu, salah satu tugas yang harus kamu lakukan di
sini adalah berbicara. Aku tahu itu sulit jika kamu tidak terbiasa
melakukannya. Tapi di sini kamu harus berbicara dan itu merupakan
bagian dari usahamu. Yang pertama selalu yang paling sulit, dan
kadang kadang bisa membuat kamu menangis. Nah, kamu boleh
menangis di sini. Tapi kamu harus bicara. Dan cepat atau lambat
kamu akan bicara. Akan jauh lebih baik jika kamu melakukannya
lebih cepat.” Saya memandangnya, berusaha mengimbangi
tatapannya yang tak kenal takut. “Sudah jelas?”
Wajahnya menjadi gelap karena marah. Saya takut akan apa
yang mungkin terjadi kalau seluruh kebencian itu lepas, tetapi
saya berusaha untuk menghilangkan ketakutan itu, dan tidak
membiarkannya tampak di mata saya. Dia pandai membaca
pancaran mata.
Saya selalu merasa yakin untuk mengemukakan harapan-
harapan saya terhadap anak-anak. Beberapa rekan saya mera-
gukan sikap saya yang terlalu langsung dengan anak-anak,
mengingat kelemahan ego mereka. Saya tidak setuju. Meskipun
mereka semua jelas mengalami kehidupan yang menyedihkan dan
harga diri mereka terinjak-injak, tak seorang pun dari mereka
yang lemah. Bahkan sebaliknya. Kenyataan bahwa mereka telah
bertahan sekian lama setelah mengalami segala kesulitan itu
merupakan bukti kekuatan mereka. Namun, mereka semua
menjalani hidup yang kacau dan menularkan kekacauan itu kepada
orang lain melalui sikap mereka yang mengganggu. Saya merasa
tidak berhak menambah kekacauan itu dengan membiarkan
mereka menerka-nerka tentang apa yang saya harapkan dari
mereka. Saya percaya bahwa menetapkan struktur merupakan
metode yang bermanfaat dan produktif bagi semua anak, sebab
hal itu menghapuskan kekaburan hubungan kami. Jelas-jelas
mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mampu mengatasi ke-
terbatasan mereka sendiri tanpa bantuan, sebab, kalau tidak
mereka tidak mungkin ikut kelas saya. Begitu tiba waktunya mereka
Torey Hayden
Toray Hayden adalah seorang psi-
kolog pendidikan dan guru pendi-
dikan luar biasa yang sejak 1979
telah mengisahkan perjuangannya di
ruang kelas dalam sekumpulan buku
laris. Saat ini dia hidup dan menulis
di North Wales, Inggris, dengan
suami dan seorang anak perem-
puannya.
48
Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA
mampu, saya akan memulai proses pemindahan kekuatan itu
kepada mereka. Namun, sejak semula saya ingin tidak ada
keraguan tentang apa yang saya harapkan dari mereka.
Maka Sheila dan saya duduk membisu sementara dia men-
cerna informasi ini. Saya tidak cukup tahan untuk dapat menga-
lahkan tatapannya dan saya pun tidak merasa perlu melakukan
itu. Setelah beberapa saat saya bangkit dari kursi dan melangkah
pergi untuk mengumpulkan kertas-kertas matematika dari keran-
jang koreksi.
“Kamu
enggak
bisa paksa aku bicara,” katanya.
Saya terus mencari-cari di antara kertas-kertas itu untuk me-
nemukan spidol. Untuk menjadi guru yang baik, kita harus tahu
kapan waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
Timing
sangat penting.
“Aku bilang kamu
enggak
bisa paksa aku bicara.
Enggak
mungkin kau bisa paksa aku bicara.”
Saya memandangnya.
“Kamu
enggak
bisa paksa aku.”
“Tidak, memang tidak.” Saya tersenyum. “Tapi kamu akan
bicara. Itu bagian dari tugasmu di sini.”
“Aku
enggak
suka sama kamu.”
“Kamu tidak harus suka.”
“Aku benci kamu.”
Saya tidak menjawab. Itu adalah salah satu pernyataan yang
saya rasa sebaiknya tidak dijawab. Maka saya terus mencari spidol,
sambil bertanya-tanya siapa yang akan menyerah kali ini.
“Kamu
enggak
bisa paksa aku berbuat apa-apa di sini. Kamu
enggak
bisa paksa aku bicara.”
“Mungkin tidak.” Saya menjatuhkan kertas-kertas itu kembali
ke dalam keranjang dan mendatanginya. “Kita pergi makan siang
sekarang?” Saya mengulurkan tangan kepadanya. Sebagian
kemarahan itu telah menghilang, digantikan oleh emosi yang tidak
begitu mudah dibaca. Lalu tanpa disuruh-suruh lagi dia turun dari
kursi dan berjalan bersama saya, dengan hati-hati menghindar
agar tidak bersentuhan dengan saya.
Sumber: Novel
Sheila: Luka Seorang Gadis Kecil,
2004
dengan perbaikan
Setelah Anda membaca kutipan
novel Sheila, Luka Hati Seorang
Gadis Kecil, kerjakan soal berikut
ini!
a. Jelaskan latar dalam kutipan
kedua novel di atas!
b. Jelaskan karakter pelakunya!
c. Adakah gambaran tentang
keadaan masyarakat dan bu-
daya tertentu dalam kutipan
kedua novel di atas, jelaskan
dan sertai kutipan kalimat
pendukungnya!
d. Sebutkan lima pesan yang dapat
Anda petik kutipan tersebut!
e . Ceritakan kembali secara singkat
isi kutipan novel tersebut!
Setelah Anda mengerjakan
tugas-tugas Individu, diskusi-
kan dalam kelompok soal-soal
berikut ini!
1. Bandingkan unsur intrinsik
antara novel terjemahan dan
novel Indonesia!
2. Bandingkan unsur ekstrinsik
antara novel Indonesia dengan
novel terjemahan!
49
Bab 4 Kesehatan
4.2.24.2.2
4.2.24.2.2
4.2.2
Analisis Novel
Analisis Novel
Analisis Novel
Analisis Novel
Analisis Novel
Apabila kita menganalisis sebuah hasil karya sastra, kita dapat
meninjau dari dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua
unsur tersebut sama pentingnya. Unsur intrinsik secara langsung
dapat ditemukan di dalam hasil karya sastra itu setelah dibaca dengan
cermat, sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur dari luar yang
turut mempengaruhi terciptanya karya sastra.
Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, keadaan masyarakat
saat karya itu dibuat, serta sejarah perkembangan karya sastra. Me-
lalui sebuah karya novel kita kadang secara jelas dapat memperoleh
sedikit gambaran tentang biografi pengarangnya. Melalui sebuah
novel kita pun dapat memperoleh gambaran tentang budaya dan
keadaan masyarakat tertentu saat karya itu dibuat. Misalnya, novel
Siti Nurbaya karya Marah Rusli menggambarkan budaya kawin paksa
pada saat novel tersebut dibuat. Bahkan karya pengarang yang masih
seangkatan terkadang mempunyai persamaan entah dalam
pengembangan tema maupun corak aliran sastranya.
Untuk benar-benar dapat memahami sebuah karya sastra, kita
perlu membaca tidak hanya sekali, tetapi kadang lebih dari dua kali.
Akan lebih membantu daya pemahaman kita terhadap hasil karyanya
kalau kita telah mengenal biografi pengarangnya.
Untuk menganalisis sebuah novel, kita perlu memperhatikan hal-
hal berikut ini.
Unsur-unsur karya sastra
Unsur intrinsik
Unsur Ekstrinsik
Toko h
Perwatakan
Plot
Te m a
Sudut pandang
Amanat
Latar
Gaya bahasa
Biografi pengarang
Kondisi Sosial
Politik
Filsafat
dsb
50
Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA
I.
Pilihlah salah satu jawaban yang paling
tepat!
1.
Seorang pegawai swasta rendahan, kehidupan
ekonominya jauh dari cukup, bisa dikatakan
sangat kurang. Meski ia sudah bekerja mem-
banting tulang siang dan malam, Ina, istrinya,
memang tidak banyak menuntut, yang penting
dapat makan setiap hari.
Nilai yang dominan dalam kutipan di atas adalah
... .
a. permintaan istri
b. cara bekerja suami
b. ekonomi
c. cara menambah penghasilan
e. sikap seorang istri
2.
Kata
displin
dari bahasa Latin
disciplina
yang
berarti siasat, tata tertib, ketaatan, ajaran,
pengajaran. Kata kerja
disciplinate
berarti
mendidik, menggembleng, atau mengajar. De-
ngan demikian kata
disiplin
dapat diartikan tin-
dakan atau perilaku seseorang, baik berupa
undang-undang peraturan, sopan santun, adat
istiadat, dan sebagainya.
Ide pokok paragraf di atas adalah ... .
a. asal kata
disiplin
b. maksud kata
disiplin
c. manfaat
disiplin
d. pengertian kata
disiplin
e. ciri-ciri kata
disiplin
3.
Menjatuhkan hukuman mati hendaknya “selektif”
sehingga orang yang dihukum mati, memang
Artikel adalah bentuk karangan yang berisi ana-
lisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud
menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, bagaimana,
dan mengapa fenomena itu terjadi. Artikel dapat me-
nawarkan wawasan baru, baik berupa teori maupun
keterampilan atau alternatif pemecahan masalah.
Karangan eksposisi adalah karangan yang berisi
penjelasan-penjelasan yang bersifat informatif atau
instruktif tentang berbagai aspek kehidupan, seperti
pendidikan, agama, keuangan, kesehatan, keluarga,
olahraga, ilmu dan teknologi, kesusastraan, hukum,
dan lain-lain.
Karangan argumentatif adalah karangan yang
bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan pendapat
atau sikap pengarang tentang suatu hal. Untuk itu
pengarang mengemukakan fakta, analisis fakta, dan
kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.
Artikel bisa tergolong dalam karangan eksposisi
ataupun karangan argumentatif. Struktur artikel terdiri
atas judul, pendahuluan, batang tubuh, dan penutup.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan maja-
lah dinding adalah jarak pandang, layout, ukuran, isi
artikel, tema, pembaca, bahasa, dan isi mading itu
sendiri.
Novel Indonesia adalah novel yang ditulis oleh
orang Indonesia dengan latar belakang budaya Indo-
nesia. Novel Indonesia menceriterakan tentang kehi-
dupan masyarakat Indonesia, baik masa kini maupun
masa lampau.
Unsur-unsur karya sastra adalah unsur intrinsik,
seperti tokoh, perwatakan, plot, tema, sudut pandang,
amanat, latar, dan gaya bahasa; dan unsur ekstrinsik,
seperti biografi pengarang, kondisi sosial, politik,
filsafat, dan lain-lain.
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel adalah
nilai sosial, budaya, ekonomi, filsafat, ataupun politik.
Menganalisis sebuah hasil karya sastra menyen-
tuh dua unsurnya, yaitu unsur intrinsik dan unsur eks-
trinsik. Unsur intrinsik secara langsung dapat dite-
mukan di dalam hasil karya sastra itu setelah dibaca
dengan cermat. Unsur ekstrinsik merupakan unsur
dari luar yang turut mempengaruhi terciptanya karya
sastra.
51
Bab 4 Kesehatan
sepatutnya mendapatkan hukuman mati. Lagi
pula hukuman mati diperuntukkan untuk
menanggapi kejahatan sadistis yang belakangan
ini meningkat
Gagasan utama paragraf di atas adalah ... .
a. menanggapi kejahatan
b. kejahatan sadistis
c. Hukuman yang adil
d. menjatuhkan hukuman mati
e. meningkatkan kejahatan
4.
Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang
mereka sakitkan? Aku telah lama mengubah
sikapku. Tiap ada pertemuan di desa, aku da-
tang. Tiap kemalangan, aku datangi. Tiap derma,
aku sumbang. Tiap kerusuhan, aku tolong. Tidak
seorang dari mereka yang tidak kuundang dalam
pesta tadi malam. Kau lihat, kan, tiga teratak itu
penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah
menerimaku, memaafkan aku
(Panggilan Rasul,
Hamzah Rangkuti)
.
Nilai yang terkandung dalam penggalan cerita di
atas adalah ... .
a. budaya
d. estetika
b. agama
e. sosial
c. moral
5.
Ayah kami bukan seorang raja, ibuku bukan
keturunan bangsawan. Tapi mereka telah mem-
bangun satu usaha kecil dari cucuran keringatnya.
Sebagai modal, ayahku tidak berutang atau
meminjam, melainkan menjual sepedanya. Dari
memotong, menjahit, dan menjual sendiri san-
dal-sandal buatannya dari pintu ke pintu calon
pembeli, sampai kemudian mempunyai toko. Lalu
ibuku menambahkan membuat tas-tas bagor dan
aneka anyaman dari bahan alami yang dikering-
kan. Selang beberapa waktu kombinasi dibuat
untuk memanfaatkan limbah kulit asli atau
sintetis.
Nilai yang dominan dalam penggalan cerpen
“Ajaran Kehidupan Seorang Nenek” karya Nh.
Dini di atas adalah ... .
a. sosial
d. ekonomi
b. politik
e. akuntansi
c. moral
6.
Bangsa Indonesia memiliki banyak pah-
lawan, baik pria maupun wanita. Pahlawan-
pahlawan ini tersebar di seluruh pelosok tanah
air. Banyak di antaranya yang tidak terkenal.
Seorang pahlawan wanita yang sering disebut
namanya ialah Cut Nyak Dien. Pahlawan berasal
dari Aceh, daerah yang juga dikenal dengan
sebutan Serambi Mekah.
Gagasan utama paragraf di atas adalah ...
a. Indonesia memiliki banyak pahlawan.
b. Pahlawan Indoneisa tersebar di seluruh tanah
air.
c. Banyak pahlawan Indonesia yang tidak
dikenal.
d. Cut Nyak Dien adalah pahlawan wanita dari
Aceh.
e. Cut Nyak Dien salah satu pahlawan wanita
yang terkenal.
7.
Wahyu Ilahim ternyata dapat diabaikan. Aku
kembali dari perjalananku dua pekan kemudian
bersama pemuda. Juga kemungkinan dapat
mengirimkan ratusan, mungkin ribuan benda da-
gangan ke berbagai kios dan toko di Pantai Kuta
serta sebuah toko eksklusif di Ubud. Setelah
masa tunangan beberapa bulan, aku dinikahi oleh
seorang anak pemilik restoran di Sanur. Menurut
adat, lebih dulu aku diangkat menjadi anak se-
orang pegawai rumah makan itu yang berkasta
sudra supaya dapat kawin dengan upacara Hindu
Bali.
Nilai yang dominan dalam penggalan cerpen
“Ajaran Kehidupan Seorang Nenek” karya Nh.
Dini di atas adalah ... .
a. agama
d. sosial
b. budaya
e. psikologi
c. pendidikan
8.
Setelah diadakan peninjauan ke Desa
Pekayon Bekasi, diketahui presentase peng-
gunaan listrik di desa tersebut, di RW 01 seba-
nyak 90% rumah penduduk telah menggunakan
listrik, RW 02 sebanyak 95%, RW 03 sebanyak
100%, dan RW 04 sebanyak 85%. Boleh
dikatakan, di Desa Pekayon 92% rumah pen-
duduk telah menggunakan listrik.
Kalimat yang merupakan simpulan paragraf
tersebut adalah ...
a. Boleh dikatakan di Desa Pekayon 92% rumah
penduduk sudah menggunakan listrik.
b. Setelah diadakan peninjauan di Desa Pekayon
diketahui penggunaan listrik 92%.
c. Rumah penduduk di RW 03 Desa Pekayon
telah menggunakan listrik sebanyak 100%.
d. Rumah penduduk di Desa Pekayon Bekasi
pada umumnya sudah menggunakan listrik.
e. Listrik telah digunakan oleh penduduk Desa
Pekayon Bekasi sebanyak 92%.
9.
“Kamu kelihatan senang, ya,” katanya tiba-tiba,
memotong cerita saya, “ada kesempatan mene-
ruskan sekolah, punya banyak teman, punya
banyak kesempatan untuk jalan-jalan menikmati
52
Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA
hidup.” Kami terdiam lagi sebentar. Sesudah
menarik napas dalam-dalam, dia melanjutkan.
“Tapi saya..., rasanya semua sudah hilang... .”
(
Dia Teramat Malang
, karya Asdina R).
Kutipan cerita di atas menggunakan sudut
pandang ... .
a. orang pertama
d . diaan
b. orang kedua
e. akuan jamak
c. orang ketiga
10.
“Mohammad-San, inilah rumahku.” Toshihiko
berkata ketika kami sampai di depan sebuah
rumah kayu yang sederhana. Lalu berteriak, “Ibu!
Ibu! Inilah tamu yang kita tunggu. Lihatlah seorang
Indonesia yang tersesat di kebun anggur
Katsunuma. Bukankah suatu kehormatan bagi
kita? (
Potret Seorang Prajurit
, karya Mohammad
Diponegoro).
Watak Toshihiko dalam kutipan di atas adalah ... .
a. ramah, baik, ceria, dan menyenangkan
b. bahagia, senang, ceria, peduli, dan tekun
c. teguh, kuat, baik, peduli, dan menyenangkan
d. Teguh, tabah, ramah, cerewet, dan
menyebalkan
e. menyebalkan, cerewet, tidak berpendirian,
baik, dan ceria
II. Kerjakan soal-soal berikut dengan tepat!
Bacalah artikel berikut ini!
TT
TT
T
ren Tren T
ren Tren T
ren T
erkini: Hidup Sehat
erkini: Hidup Sehat
erkini: Hidup Sehat
erkini: Hidup Sehat
erkini: Hidup Sehat
Vitamin dan mineral tidak bisa dihasilkan sen-
diri oleh tubuh. Jangan lupa konsumsi makanan
bervitamin dan mineral setiap hari dan hindari ba-
han pengawet.
Pada dasarnya, mencegah penyakit bisa
dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat. Dan
jika Anda pengikut tren, maka sudah sebaiknya
Anda menerapkan pola hidup seperti ini karena
memang baik untuk kesehatan Anda. Caranya?
“Makan dengan menerapkan gizi seimbang. Selain
itu, jangan lupa berolahraga secara teratur,” kata
ahli gizi Tuti Sunardi. Ia mengatakan dengan
penerapan hal tersebut maka bisa terhindar dari
penyakit.
Sebagai bentuk pola makan yang baik, setiap
orang memerlukan zat gizi, yakni terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
dalam jumlah yang cukup.
Hendaknya Anda mengonsumsi makanan yang
beraneka ragam. Karena tidak ada satu jenis ma-
kanan pun yang lengkap kandungan zat gizinya.
Kecukupan karbohidrat, protein, dan lemak bisa kita
peroleh dari nasi dan lauk pauk yang kita makan
sehari-hari. Sementara sayur dan buah-buahan
merupakan sumber kaya vitamin dan mineral.
Jangan berlebihan makan karena bisa memicu
obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Hanya
saja, jika kurang asupan bisa menyebabkan
penyakit pula.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
nutrisi erat kaitannya dengan kesehatan. Sebagai
contoh, kurang kalsium dan fosfor menyebabkan
osteoporosis, kurang zinc menyebabkan lamanya
proses penyembuhan luka, menurunnya fungsi
imun dan kehilangan selera makan. Kekurangan
asam folat dan vitamin B12 sebabkan anemia dan
demensia.
Vitamin dan mineral berfungsi membantu
aktivitas penyerapan makanan dan metabolisme
tubuh. Misalkan saja vitamin C diperlukan dalam
makanan untuk meningkatkan penyerapan zat besi
(Fe). Selain itu, vitamin C berfungsi sebagai
antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas
dalam tubuh dan menjaga daya tahan tubuh.
Sehingga, jika kekurangan vitamin ini bisa
menurunkan daya tahan tubuh. Metabolisme atau
pengubahan karbohidrat, lemak dan protein
menjadi energi terbantu dengan kehadiran vita-
min B3. Selain itu, vitamin ini membantu peme-
liharaan fungsi sistem syaraf dan membantu
mengatur kadar kolesterol dalam darah.
Akibat aktivitas keseharian, vitamin dan mi-
neral di dalam tubuh kita hilang bersama cairan
tubuh atau keringat. Oleh karenanya, kita harus
mengasupnya dari luar. “Makanya kita harus
banyak makan sayur dan buah segar,” kata Tuti.
Sumber:
Tempo
, 25 September-
1 Oktober 2006
1. Tulislah pokok-pokok pikiran yang terdapat pada
artikel di atas!
2. Apa tanggapan Anda tentang isi artikel di atas?
3. Tuliskan kesimpulan artikel di atas!
4. Menurut Anda, lebih mudah menangkap nilai-nilai
yang terkandung dalam novel Indonesia atau
novel terjemahan? Jelaskan!
5. Menurut Anda, apa perbedaan nilai-nilai yang
terkadung dalam novel Indonesia dan novel
terjemahan?
6. Menurut Anda, lebih menarik novel Indonesia atau
novel terjemahan? Jelaskan alasannya!